Jumat, 14 November 2014

Teks Ulasan


Struktur teks ulasan adalah : orientasi,tafsiran(isi buku/sinopsis),evaluasi,simpulan
dibawah ini merupakan salah satu contoh teks ulasan. Selamat membaca :)
mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan.

Identitas Buku

Resensi judul : Perjuangan Seorang Ibu
Judul buku : Jangan Buang Ibu Nak          
Penulis : Wahyu Derapriyangga
Jenis buku : fiksi
Penerbit : Wahyu Qolbu
Cetakan I : Jakarta,2014
Tebal  : 209 halaman




                       Perjuangan Seorang Ibu
1.     Orientasi
Jangan buang ibu nak , adalah novel karya Wahyu Derapriyangga yang menceritakan tentang perjuangan seorang ibu yang tinggal di Ibu kota. Ia bernama Restiana,ia harus menghidupi ketiga orang anaknya yaitu Sulung,Tengah dan Bungsu. Sulung dan Tengah adalah anak lelaki sedangkan si Bungsu adalah perempuan. Restiana harus menghidupi ketiga anaknya tersebut semenjak suaminya meninggal karena kecelakaan. Untung saja ia tinggal di lingkungan masyarakat yang cukup baik, salah satunya adalah bu Sumi. Bu Sumi adalah tetangga sebelah rumahnya yang bersedia menjaga anak-anaknya ketika Restiana sedang mencari nafkah.
2.     Tafsiran(isi buku/sinopsis)
Pada awal kisah novel ini, sang penulis Wahyu Derapriyangga menceritakan perjuangan seorang ibu yaitu Restiana untuk menghidupi dan mendidik anak-anaknya setelah suaminya meninggal. Kenyataan pahit yang ia alami itu bermula dari suaminya yang meninggal karena kecelakaan, ketika menyebrangi jalan saat menjemput si Sulung di sekolahnya. Ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan si sulung yaitu putra pertamanya. Dari situlah Restiana mulai mencari nafkah sendiri, Restiana harus menjadi seorang ibu sekaligus kepala rumah tangga yang tak pernah ia bayangkan dan rasakan sebelumnya. Setiap ia akan mencari nafkah ia menitipkan si Bungsu yang masih digendong-gendong kepada bu Sumi. Perjuangan seorang ibu ini yaitu Restiana ia jalani bersama ketiga anaknya selama puluhan tahun lamanya. Ia harus menjalani pedihnya kehidupan yang ia jalani, namun ia tak pernah patah semangat karena anak-anaknya selalu sayang kepadanya dan memberikan semangat kepadanya. Puluhan tahun kini telah berlalu. Kini anaknya sudah ada yang menikah yaitu si Tengah, Tengah menggantungkan hidupnya di sebuah ladang. sampai akhirnya si Bungsu pun menyusulnya, ia menikah dengan Junaedi ia seorang Angkatan Bersenjata Republik Indonesia(Abri). Ibunya pun Restiana tinggal bersama si Bungsu di Yogyakarta. Ia dirawat oleh Bungsu dan Junaedi menantunya. Sampai pada suatu ketika menantunya mendapat tugas di Aceh. Si Bungsu pun memilih untuk ikut bersama suaminya,akhirnya ibunya yang sedang sakit stroke ia titipkan di panti jompo. Tangis sedih pun pecah saat mereka menitipkan ibunya di panti jompo saat-saat terakhir mereka berjumpa. Si Bungsu menangis tak tertahan, ibunya pun merasakan adanya tetesan air mata ditangannya saat akan berpamitan. Hanya derai air mata yang membasahi pipi sang ibu saat anaknya berpamitan. Ibunya hanya berfikir apakah ini kehendakmu ?. Ibunya menanyakan keberadaan kak Tengah,berharap ia masih mau mengurusnya. Tetapi Bungsu menolak karena alasan jarak yang jauh. Padahal dimasa tuanya ia ingin diurus oleh anak-anaknya, belum lagi ia melihat berita di TV bahwa anaknya si Sulung yang berada di Jakarta ia tertangkap polisi karena narkotika. Padahal Sulung pernah mengirim surat bahwa ia telah di wisuda dan bekerja di Malaysia, tapi semua itu bohong Sulung telah berhenti kuliah sejak tahun 1993. Sekarang Restiana tak punya siapa-siapa lagi ia hanya tinggal di panti jompo dan dirawat oleh seorang wanita yang bukan anaknya. Ia merawatnya dengan ikhlas, Restiana menyebutnya malaikat. Restiana masih terus berfikir tentang anak-anaknya yang melupakannya padahal perjuangannya begitu besar. Hingga akhirnya ia jatuh sakit, dan ajal menjemputnya pada tanggal 10 september 2011 ia meninggal tanpa ada anak-anaknya di sampingnya dan tanpa ada anak-anaknya yang mengetahuinya. Padahal harapan Restiana ia ingin anak-anaknya berada di sampingnya saat maut menjemputnya. Sebelum Restiana meninggal ia memberikan secarik surat kepada malaikatnya tentang persaannya terhadap anak-anaknya.
3.     Evaluasi(kelebihan)
Kelebihan novel ini membuat para pembaca dapat mengintrospeksi diri tentang kewajiban seorang anak memuliakan seorang ibu, dan pembaca bisa lebih tahu teguhnya perasaan seorang ibu ketika anak-anaknya tidak berpihak padanya. Novel ini juga di kemas dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga para pembaca tidak sulit untuk menafsirkannya.
4.     Evaluasi(kekurangan)
Kekurangan novel ini adalah terdapat penulisan yang salah,Sehingga harus diperbaiki kembali. Agar para pembaca tidak bingung mengartikan bacaan tersebut.
5.     Simpulan
Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan agar semua tahu bahwa ibu adalah satu-satunya orang yang tulus menyayangi kita tanpa pamrih,syarat,dan menerima kita kapanpun,berkorban tanpa meminta imbalan, dan bahkan kita tidak sadar dan tidak tahu bahwa seorang ibulah yang selalu mendoakan kita di manapun kita berada. Hanya ibu yang tulus membahagiakan kita,ibu juga yang selalu membawa surga kita. Ibu adalah malaikat tanpa sayap. Karena seorang ibu selalu menginginkan anaknya sukses dan ketika ibu tiada hanya doa anaknya yang soleh dan solehahlah yang akan selalu menyertainya. Jadi janganlah kamu sekali-kali kurang ajar terhadap ibumu.